Text
Negeri 5 Menara
Alif, sang tokoh dalam novel ini, dikisahkan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, main bola di sawah, dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus melintasi punggung Sumatera menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur untuk belajar di Pondok Madani. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Hari pertama di pondok itu, Alif terkesima dengan “mantera” man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Di pondok ini, Alif bertemu dengan sahabat-sahabatnya seperti Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari bandung, dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid, mereka menunggu magrib sambil menatap awan lembayung yang berarak ke ufuk. Awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian membawa mereka ? Mereka tidak tahu. Yang mereka yakini adalah “jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun”. Tuhan sungguh maha mendengar. Melalui buku Negeri 5 Menara pembaca bisa menemukan impian mereka. Penasaran? Selamat membaca buku novel yang penuh inspirasi ini.
Tidak tersedia versi lain